Saturday, 20 December 2014

REFUSE the reclamation permit of Benoa Gulf, ASAP! and save Bali from Drowning

Benoa Bay, a mangrove conservation area next to the Ngurah Rai International Airport, is under a serious threat. With the blessing of President Susilo Bambang Yudhoyono and the local government, the conservation status has been changed by a Presidential Regulation No. 51/2014. The new regulation allows the area to be “developed” and therefore, permitted the reclamation to happen. The investor, PT Tirta Wahana Bali International (TWBI), aims to reclaim 838 hectares of the area, which will convert 75% of the area into land and therefore increase the sea level by 1.6 meters. If this happens, 7.9 million cubic meters of water will be inundating the low-lying areas nearby, recreating the failed Jakarta’s Muara Angke project in Bali.

As if we need another hotel! We already have 80,000 hotel rooms and countless private villas. To top it off, 67 new hotels will be built until 2016. Hey mate, Welcome to Bali, Island of More Than A Thousand Hotels. And don’t get me started on the damaging marine ecosystem impact in the surrounding area including damaged the coral reefs, mangroves and seagrass beds. We can all say goodbye to diving, snorkeling or sea walking in Bali. Getting tanned on the shore of Tanjung Benoa or Sanur also could be the thing of a past, since those are the two low-lying areas that will immediately be affected.

Initiated by ForBali, which stands for Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (Balinese Forum Against Reclamation), hundreds of community members, NGOs, university students as well as musicians staged a rally at Puputan Renon public park on Friday morning.

Carrying posters and banners with bold designs and colors, the protesters started their speeches saying that the reclamation project, supported by the Bali government and President Susilo Bambang Yudhoyono’s administration, would badly affect the living conditions of the local people, as well as the environment.

On Saturday, August 17th, 2013 Bali’s Governor Mangku Pastika announced “since Friday (16/8), after careful consideration of the situation, the letter of permit [for reclamation of Benoa Bay] has been revoked.” This decision was in answer to public rejection against efforts for reclamation of Benoa Bay, strengthened by a recommendation by the Bali Regional Representatives Council (DPRD) encouraging the Governor to reevaluate and/or revoke the letter granting this permit.

However, the Governor of Bali was not fully committed. The letter of permit was revoked, and followed by the release of a new letter granting PT Tirta Wahana Bali International (TWIBI) support in continuing with their plans for reclamation of Benoa Bay. This new letter (SK) 1727/01-B/HK/2013 grants permission to PT TWIBI conduct a feasibility study over the next two years to analyze the use, development, and management of the waters of Benoa Bay.
Reclamation Plan


Reclamation is the process of creating new land from the sea or river bottom. Draining swamps for agriculture is an example of the form of habitat destruction. In some areas of the world, new reclamation projects are restricted or no longer allowed, because there is a bond of environmental protection laws.

Since the end of 2012, it has been rumored that there is a plan of the provincial government of Bali to reclaiming the Benoa Bay. Benoa Bay is a mangrove forest areas that are not taken care of by the government. Reclamation is done with a reason to prevent a tsunami can and add new jobs for residents of Bali. Reclamation plan gets rejection of environmental activists and a group of residents of Bali. The rejection also came from residents stay in wi around the bay, which works as a fisherman and fishing around the bay.

Many people believe that the rejection of Benoa Bay reclamation is politically motivated, to impose candidates for Governor at the time, when the election of the Governor of Bali. Whereas before voters governor, already discussed reclamation plan by the legislature. No one resisted and condemned. Since the campaign progresses, the discourse of reclamation and re-emerged into the conversation for the people of Bali. Since then a lot of rejection in the convey of various elements of the citizens. Even the security conditions in Bali was not stable since the governor's election campaign, which is accompanied by rejection of reclamation.
Support all petition from ForBALI




Sunday, 23 March 2014

Political Drama TV serial : The Newsroom


Aaron Sorkin, smart producer dan writer yang buat serial lagi The Newsroom, sebelumnya sempat bermain di The Social Network. The newsroom merupakan drama politikal yang menceritakan suasana di news broadcaster ACN. Penuh kontrovesial, intrik politik tipikal amerika, persaingan dengan broadcaster lain. yang membuat menarik adalah dialog cerdas yang terkesan butu-buru antara dua atau tiga orang sambil berjalan di koridor (walk and talk) ala Aaron. problem romansa yang complicated antara si Anchor Will Mc Avoy yang diperankan Jeff Daniel dan si Executive Producer Mackenzie yang diperankan oleh Emily Mortimer. Lucu, Jeff Daniel yang booming di Film layar lebar Dumb and Dumber sebagai orang idiot disini malah jadi the secon most watched Anchor di dunia news broadcast amerika.



Sebelum ditayangkan, kebanyakan penggemar Aaron Sorkin sudah harap cemas menanti seperti apa jalan cerita, cast, storyboard model, dll , para kritikus film dan TV yang rindu dengan dialog cerdas khas Sorkin tak sabar. Pilot episode ditayangkan dengan judul The Fourth Pillar dimulai dengan adegan Will McAvoy (Jeff Daniels) di panggung auditorium sebuah universitas terkemuka di amerika yang bosan mendengarkan debat partai politik kiri dan kanan. Mcavoy seperti juga banyak wartawan TV di dunia, sudah apatis dengan kekuasaan rating yang merupakan ‘raja’ dari keputusan, sehingga mereka tak bisa lagi bekerja berdasarkan prinsip jurnalisme. Apa saja yang bisa menjadi hiburan atau sensasional selalu terpilih menjadi berita utama, dan jiwa rating ini akhirnya menjadi jiwa para wartawan televisi di Amerika. Sinisme itu kemudian menjadi sebuah ledakan ketika seorang mahasiswa yang dengan polos bertanya “mengapa menurut Anda Amerika adalah sebuah negara yang dahsyat?” Para peserta diskusi lain ngoceh betapa Amerika adalah negara yang memperkenalkan kebebasan, demokrasi dan seterusnya sementara McAvoy yang merasa melihat kelebatan wajah Mackenzie McHale (Emily Mortimer), mantan tunangan sekaligus koleganya yang dikenal sebagai wartawan perang terkemuka. Dan terjadilah gebrakan itu:

“Amerika bukan negara terdahsyat dan terbesar....”

Statement anti nasionalis yang seharusnya tidak dikeluarkan seorang anchor terkemuka di amerika di lingkungan universitas, para mahasiswa kaget, moderator marah di belakang panggung, dan masyarakat menghujat. 3 tahun Will cuti dari ACN dan kembali lagi dengan masalah-masalah baru. 




Dan pada saat itulah dia menyadari bahwa pemberitaan selama ini yang dilakukan di stasiun ACN—tentu saja ini adalah  versi fiktif dari CNN—harus segera dirombak. Pemikiran itu ternyata bersambut dengan keinginan Charles Skinner (Sam Waterston) yang diam-diam merencanakan menyingkirkan tim yang selama ini dianggap terlalu menghamba pada rating dan menghidupkan kembali pemberitaan berdasarkan prinsip jurnalisme. Dengan cita-cita itu, Skinner juga diam-diam merekrut McKenzie McHale sebagai produser baru McAvoy. Problem personal pun mencuat (si perempuan meninggalkan si lelaki; si lelaki masih sakit hati dan seterusnya).



Tentu saja mereka yang menggemari gaya Sorkin yang fanatik akan melahap habis seluruh adegan debat cerdas antara James Harper yang naksir Maggie Jordan (Alison Pill), asisten yang kemudian diangkat menjadi associate producer; atau antara Charles Skinner versus Leona Lansing (Jane Fonda), pemilik seluruh kerajaan media yang sudah tidak betah dengan gaya McAvoy yang dianggap ‘sok memberontak”; atau antara McAvoy yang melahap habis Nina Howard (Hope Davis), wartawan gosip yang ditugaskan menghancurkan reputasi McAvoy atau bahkan saat  Sloan Sabbith (Olivia Munn), doktor ekonomi yang diangkat menjadi anchor yang mengganyang narasumber Jepang yang diwawancaranya dalam bahasa Jepang.



Jeff Daniels tampil meyakinkan sebagai anchor ACN yang arogan, cerdas dan sekaligus menjadi andalan stasiun mereka. Bahwa dia seorang wartawan yang memilih partai  Republikan dan temperamennya yang naik turun—dia pernah melempar Blackberry ke arah kamera karena jengkel—tidak menghalangi kita untuk menyukainya karena dia tetap obyektif dan bahkan menggebrak narasumber Republikan yang sering dungu dalam menjawab pertanyaan. Tetapi Emily Mortimer lebih seperti guru SMA daripada seorang wartawan perang dan produser TV. Bukan hanya karena suaranya yang melengking seperti jeritan ibu guru yang menghalau muridnya masuk ke kelas, tetapi karena gaya seni perannya yang gemar melayangkan tangannya ke mana-mana itu. Sulit untuk membayangkan sosok ini berkelebat dan dengan gagah meliput di Irak dan Afganistan. Marisa Tomei, yang semula akan direkrut untuk menjadi tokoh McKenzie akan jauh lebih meyakinkan.

The Newsroom Cast & Quote Posters:














Monday, 25 November 2013

Riding Report Jamboree Nasional Prides 2013 Jatiluhur, Purwakarta




Well this is my first Jamboree with Prides , It's gonna be awesome :)
Selamat pagi, selamat sore, selamat siang, selamat malam ! (tergantung anda baca postingan ini pas pagi, siang, sore apa malam)
Sedikit catatan perjalanan menuju Jamnas 5 di Jatiluhur Purwakarta.
Diawali dengan ijin kerja demi bisa service motor sebelum berangkat jamnas di XO Motoshop pada hari Jumat siang, rasanya sudah tidak sabar untuk berangakat ke purwakarta bertemu langsung dengan teman, sahabat, dan saudara yang sebelumnya hanya komunikasi lewat POL dan social media. Masih ada beberapa Pe er yang harus diselesaikan pada saat service, lampu motor masih bermasalah, tarikan mesin kurang responsif, dan rantai yang longgar. Belum lagi tankbag hilang secara misterius sehari sebelum berangkat. Haduh! dan semua terselesaikan dalam sehari, plus Tankbag baru, yaaay!

Sekitar jam 5 sore, mulai packing apa yang perlu dibawa, sebenarnya tankbag cukup, tapi karena co-pilot ikut jadi harus bawa box, most of all for make up stuff!! hehehe. 

Saya hanya bawa barang barang ini sajaaa. . . 



Istirahat sebentar sambil menunggu kabar Kris dan Gaban yang katanya mau bareng dari Shell kemanggisan, Jam 10 Kris belum kasih kabar kalau Gaban udah landing, alamat telat nih, kloter kita dijadwalkan berangkat jam 12 malam. Akhirnya sekitar jam 11 Kris dan Gaban sudah nangkring di Shell Kemanggisan. Yak ready to Take Off, check take off list for the last time, aaaaaaaand berangkat. Heading = Thamrin Residence sambil diikutin Gaban dari belakang. Sampai di Thamres, sudah ada Pakecap yoyon, Fiona, Via Joe, Om Ito dan yang lain. 
Jam 12 persis om Wira dan Om Gaul merapat ke Thamres, dan siap siap start sesuai pembagian kloter yang sudah ada. Berangkat jam 1 persis lewat BKT, jalan sekitar 60 - 70 kpj, sekitar sejam sudah jalan boncenger mulai ngantuk-ngantuk. Melipir ke Pom Bensin untuk istirahat sebentar, udah gk sabar sampe lokasi jamnas!!
Kalau gk nyasar gk asik katanya, yaudah kita nyasar dulu :) hahahahaaa , persis di depan gapura Kota Purwakarta kita berhenti sebentar, buka kompas, googlemap, liat bintang, dan hal lain yang bisa membantu kita untuk sampai lokasi. Kloter dipisah, Om Gaul dan Om Gilang tunggu teman yang lain di Gapura Kota Purwakarta, kami duluan lanjut ke lokasi Jamnas. 
Akhirnyaaaaaa sekitar jam 5 Subuh kami sampai di lokasi Jamnas, langsung beres beres, makan popmie dan teparrrr. 
Lumayan sempat tidur 2 jam sebelum menikmati acara yang sudah berlangsung dari pagi, booth pijat, booth games, dan yang buka lapak sudah meramaikan acara. Temu kangen dengan teman teman chapter lain, antusiasme teman teman yang datang dari jauh memang tinggi, ada yang dari Aceh, Palembang, Surabaya, Malang, bahkan Singapore. Sambil menunggu acara utama yaitu pemutaran video jamnas yang mulai pada jam 19.00, kami makan di pinggiran waduk Jatiluhur,  plus Es Kelapa Muda :)
Sekitar jam 18.00 kami balik ke lokasi dan siap-siap makan malam sebelum pemutaran video jamnas.
Acara berlangsung dengan meriah, banyak hadiah dan doorprize, mulai dari pemenang Ride Report, Post Terbanyak, lomba foto Mahakarya, dll. 
Sambutan dari Ketua Prides (1845) , Sambutan dari sesepuh (Kang Suud) , dan sambutan dari perwakilan penasihat Prides mengawali acara utama, setelah itu dilanjutkan dengan pemutaran video Jamnas, sambil diselingi Pengukuhan Ketum dan Waketum baru (Om Badcop dan Nomalz) , dan Pengumuman Pemenang Lomba dan Award. Ada beberapa penghargaan yang diberikan ke suhu suhu Prides karena dedikasi mereka selama Prides berdiri.  Saluteeee!
Karena serunya suasana tidak terasa sudah akhir acara, acara selesai sekitar jam satu pagi, semua kembali ke penginapan dan istirahat sejenak, udara di penginapan sangat dingin membuat nyaman untuk tidur. Eh karena perut keroncongan dan dorongan dari suhu kuliner Om Wira dan cacing di perut karet-nya David mulai bergejolak, makaaaan lagi. Setelah benar benar kenyang, merasa bersalah dengan program diet sebentar, akhirnya bisa tidur.
Keesokan harinya bangun jam 10 pagi, kami langsung gear up untuk siap siap pulang, ada dua kloter, yang pertama langsung jakarta, yang kedua mampir sate Maranggi. Daaaaaan akhirnya kloter pertama juga nongol di sate Maranggi, pura pura nyasar. hahaaa. . .
Satenya ? gaaaak ada lawaaaan, pesen sate 20 tusuk + soto, minum es teh + es kelapa muda. heavenly heaven! :)
Setelah itu lanjut balik ke jakarta sekitar jam 3 sore, kebiasaan semprul blum ilang, terpisah lagi. Fiona dan Sultan kebablasan, harusnya belok kiri, mereka malah terus, kecap yoyon coba mengejar tapi ternyata Ninja 250 tidak bisa ngejar Scorpio , fiuh brutal. Kita lanjut bareng Mckel, Wira + Boncenger, Mas Sigit, David, Reno, Joe, Via, Andry sama Enjup. Om Andry misah di sebelum masuk bekasi, dan sebelum masuk kalimalang dibagi dua lagi, Mckel, David, Om Sigit sama Enjup ke tempat Om Badcop, Reno Pulang ke Gading duluan, tinggal Via , Joe, om Wira + Boncenger, dan kami. Singkat cerita, Sekitar jam 8 malam sampe Jakarta, setelah mampir sebentar di syndicate motor untuk beli windshield. 

Foto - Foto 


Suasana di pinggir bendungan Jatiluhur


Pose dulu sebelum jalan-jalan keliling bendungan


Hell Yeah (photo by Wira Pekerti)


With Mckel. Via, dan Suraji


Ducati Lady


Ducati Lady


Suraji in Action


Muka - muka lack of sleep


Muka - muka lack of sleep


First Pride's Jamboree for both of us


Prewed photo :) 


With mckel & tombes (photo by Wahyu Setiawan)


Akibat ada yang bablas, kita ngemper nungguin (photo by Wira Pekerti)


Offroad for a while (photo by Wira Pekerti)


Okta Piaaaaaa pas istirahat 


Ngemper


Sate Maranggiiiiiiiiiii (photo by Wira Pekerti)


Meyliaaaa


Di Jatiluhur ada mermaid nyasar (photo by Wira Pekerti)
Special thank to :

Tuhan YME yg telah melindungi perjalanan kami sehingga bisa sampai tujuan dan pulang tanpa kekurangan sesuatu apapun, dan syukur karena memberikan keindahan alam yang bisa kami nikmati.

Prides Family :)

Kezia Meylia yang hampir setengah perjalanan tertidur :D

"anonymous" Pulsar 200 saya yang tidak mengalami masalah apapun pada saat perjalanan. 

PRIDES :


Mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenan

Sekian. . .See yaaa'll

Sunday, 5 May 2013

Data Center LAN Connectivity Design Guide

Design Considerations for the High - Performance Enterprise Data Center LAN


The data center LAN is a critical corporate asset, connecting servers, applications and storage services in the enterprise. This strategic tool supports vital day-to-day operations and is crucial for corporate success. The data center LAN faces a number of challenges as enterprises are centralizing applications and consolidating servers to simplify operations and reduce costs while business productivity increasingly depends on operations carried out at distributed branch offices. As businesses continue to expand across the globe, downtime is not an option—a data center LAN must efficiently operate 24x7.

These trends raise the density, scalability, throughput and high availability (HA) requirements of the data center LAN. Trying to support these needs with low-density, single-function legacy equipment is not only inefficient, it’s not cost effective, adversely affecting performance, reliability, valuable rack and cabinet space as well as driving power and cooling costs higher. Enterprises are also moving towards applications that use a Service-Oriented Architecture (SOA ) and also provide Software as a Service (SaaS), both of which present a new set of throughput, performance and HA requirements for the data center LAN. New technologies such as virtualization are needed to increase scalability, efficiency and lower total cost of ownership.

Trends and Challenges
  1. Centralization of Data Centers - To reduce costs, simplify operations and comply with regulatory guidelines, more and more enterprises are consolidating their data centers, In addition to HA requirements ensuring nonstop operations, centralization raises new latency and security issues for the data center LAN.
  2. Server Consolidation - Backup and security concerns must be addressed, and companies also demand consolidated, centralized management solutions that help reduce the time and resources devoted to keeping data centers online and operational.
  3. Virtualization - A technology used to share resources, makes single physical resources appear as many individually separate resources. Conversely it also makes individually separate physical resources appear as one unified resource. Virtualization can also include making one physical resource to appear, with somewhat different characteristics, as one logical resource. Virtualizing a network is enabled by various technologies that provide data-plane virtualization, control-plane virtualization and management-plane virtualization. An example of data-plane virtualization is using a using 802.1q VLAN tagging on single physical network interface to provide security to multiple network segments. Supporting multiple routing domains and protocol instances on a single router using Virtual Routers and/or VRF are examples of control-plane virtualization. Support for multiple logical firewall/VPN security systems using Virtual Systems (VSYS) in a single device is a management-plane virtualization example. Virtualization delivered via MPLS and VPLS also enable an ultra fast data center backbone network in order to meet the performance demands of the consolidated LAN architecture. Virtualization can enable multiple switches to act as one, simplifying device configuration and management while also increasing reliability and reducing potential choke points.
  4. Storage - As businesses increasingly rely on vast stores of data to make business decisions and meet compliance regulations, scalable, high-performance storage solutions are becoming a necessity for today’s enterprise. Fibre Channel still maintains a large portion of the SAN market, but the growing prevalence of gigabit Ethernet (GbE) and the simplicity of deploying and managing an Ethernet-based Network Attached Storage (NAS) are making iSCSI an attractive, low-cost alternative. Additionally, Ethernet-based NAS solutions more easily take advantage of virtualization to rapidly scale and provide HA. While 4 or 8 Gbps Fibre Channel offers a speed advantage over GbE, Network interface Cards (NICs) offering TCP Offload capabilities greatly enhance iSCSI performance. In addition, the emergence and adoption of lower-cost 10 GbE allows iSCSI to outperform Fibre Channel and accommodate any high-speed storage needs.
  5. Service Oriented Architecture (SOA) - In an SOA -based environment, services exchange messages to interoperate, in some instances generating millions of messages each, which can impact LAN bandwidth needs. Web services are often used to implement SOA and provide ubiquitous access to the applications. Web services put extra processing demands on servers while also increasing network bandwidth requirements as Web-based applications use far more bandwidth than client-server applications. Virtualization is often used in SOA environments to increase the reliability of services and help scale capacity. SOA also broadens application access to internal and external users, raising security concerns. Additional security issues are raised as application services expose capabilities to other applications which require a different level of security.
  6. Software as a Service (SaaS) - Many common enterprise applications, such as customer-relationship management (CRM), human-resource management (HRM) and supply-chain management (SCM), can now be delivered in the Software as a Service (SaaS) model. Many of these Web-based services require, in certain instances, more than 10 times the bandwidth of their LANbased counterparts, seriously impacting performance, reliability, availability and bandwidth requirements
  7. An Increasingly Decentralized Workforce -  As employees in remote or branch offices become increasingly dispersed across different time zones, HA time requirements also increase. In addition, virtualized operations have expanded enterprise user populations beyond employees to include contractors, consultants, business partners and customers who may be anywhere in the world.
  8. Green and Environmentally Friendly Data Center - As old data center facilities are upgraded and new data centers are built, it is important to ensure that the data center network infrastructure is designed for maximum energy and space efficiency as well as a minimal environmental impact. Power, space and cooling requirements of all network components must be accounted for and compared with different architectures and systems so that the environmental and cost impacts across the entire data center as a whole can be ascertained—even down to the lighting. Many times, it might be more efficient to implement high-end, highly scalable systems that can replace a large number of smaller components, thereby delivering energy and space efficiency.
  9. The Proliferation of Unified Communcations - The adoption of Unified Communications systems that combine voice, video and data services is on the rise. Such deployments have a direct impact on the high-performance and HA requirements of a data center LAN. For example, not only must adequate LAN and WAN bandwidth be provisioned, but quality of service (QoS) rules must identify, classify and prioritize traffic to deliver effective VoIP communication services.
  10. Increasing Focus on Security - As employees and non-employees are being granted an ever-widening range of network access, robust security is necessary at all levels in the corporate and data center LANs. IT must protect applications, data and infrastructure by applying appropriate access controls without inhibiting user efficiency or negatively impacting application performance. IT must also mitigate risks from untrusted sources such as non-employees, whose PCs and networks are not under IT control. The move to globalize and virtualize the enterprise puts new demands on IT to secure remote access communications and protect site-to-site communications, including connections between data centers and from data centers to backup sites. IT must also fortify the network perimeter as increasing volumes of Web and other traffic types flow across it.
Data Center Network Design Considerations


A new data center LAN design is needed as legacy solutions cannot meet these key requirements, nor reduce costs and streamline operations. The LAN design must also scale and accommodate emerging computing trends and additional network services without an entire redesign. The new design should be architected in order to maximize efficiency gains from technologies like virtualization.

  1. Services Required in the Data Center - The following high-level services are required of data centers to provide carrier-class network service throughout the enterprise and thus optimize efficient business operations. Each of these areas is addressed in more detail in this document and, where appropriate, additional considerations or challenges for a specific service, feature or data center category are presented.
  2. High Availability (HA) - With the consolidation and centralization of servers and resources, HA is a key requirement from the data center LAN. Redundancy of critical subsystems and seamless failover are needed for routers, security appliances, and any other devices on the user-to-data center path. Designing HA into the data center network requires consideration of three key aspects.  Network devices deployed within the data center should support device-level HA with components such as redundant power supplies, fans and route engines. The operating system software running on data center network devices should have a modular architecture so that software failures will be isolated to a single process and not impact other critical operating system services, ensuring system and network availability. Features such as in-service software updates (ISSU ) also maintain network availability while still providing network software updates. Network availability should be enabled by using combinations of redundant devices and path (for both external and internal connectivity) and critical device redundancy to ensure network operations and business continuity. Operational availability denotes a set of network operating system attributes that ensure simple and efficient operation of the data center network. Network devices must support open management standards and consistent software features for simple, error-free configuration that maintains network availability. Also, network devices should support scripting to enable automation of operational tasks that free resources for other, more critical tasks.
  3. Visibility - Visibility into network traffic and security events is important in order to effectively maintain and manage network resources. Real-time and historical reporting enables IT to maximize performance and availability across the entire data center infrastructure, meet regulatory requirements, and plan for future capabilities and capacity. Collecting IP traffic flow statistics can give enterprises valuable insight into areas such as data flow, resource utilization, fault isolation, capacity planning, tuning and offline security analysis. WAN utilization and user-level visibility can help IT better support application performance by leveraging network services and other resources. Security visibility is crucial to granularly view security events to help determine how these events get handled. Further, extending this visibility to develop a deeper understanding of application-specific traffic is crucial for understanding operational and performance patterns that can impact bottom-line productivity. For example, compression and acceleration technologies can be applied at the network layer to accelerate email applications, or application-based policies can ensure that business critical applications meet or exceed performance requirements when other non-essential bandwidth hungry services like YouTube are accessed.
  4. Network Connectivity - Customers, partners and employees all require fast access to applications and information. Connectivity has to be absolutely reliable, consistent and provide low latency. Modern applications, especially those provided as a Web service, demand significant network performance. At the same time, the challenge of working from any location in or out of the enterprise further increases complexity. The following critical aspects of external network connectivity need to be considered as part of the data center network design :  High-speed (10 GbE) LAN connectivity for servers and storage devices,  WAN connectivity to enable branch office and campus users to access applications and shared resources,  Internet connectivity to enable partner access as well as secure remote access for remote and mobile users, Super-fast data center backbone connectivity for purposes of data replication and business continuity and use of technologies like VPLS/MPLS. The data center LAN hosts a large number of servers that require high speed and highly available network connectivity. Multiple LAN segments and networks may be deployed with differing levels of security, capacity and other services. Local server connections of one gigabit per second or greater for local servers, with a forward view towards the proliferation of 10 GbE, and also utilizing 10 GbE for connecting to upstream or downstream devices should be a consideration.
  5. Security - Security is critical to the entire corporate LAN and especially to the data center LAN. Access to centralized networks and applications must be ubiquitous and pervasive, yet remain secure and controlled. The security design must employ layers of protection from the network edge, through the core, and both in front of and between the application computing systems, providing in-depth defense. The protection must be integrated into the network operating system and not simply layered on top. A tiered, integrated security solution protects critical network resources that reside on the network. If one tier fails, the next tier will stop the attack and/or limit the damages that may occur. This allows an IT department to apply the appropriate level of resource protection to the various network entry points based upon their different security, performance, and management requirements. Today’s data center networks needs not only to effectively handle unmanaged devices and guest users attemptingnetwork access; they also need to support unmanageable devices, post admission control, and application access control, visibility and monitoring. In addition to Unified Threat Management (UTM) services, security policies supporting demilitarized zones (DMZs), ensuring quality of service , mitigating Denial of Service (DoS) and distributed DoS (DDoS) attacks and threats, and ensuring that the organization meets compliance criteria are needed. All security policies should be centrally managed and remotely deployed.
  6. Policy and Control - Policy-based networking is a powerful concept that enables efficient management of devices in the network, especially within virtualized configurations, and can be used to provide granular network access control. The policy and control capabilities should allow organizations to centralize policy management while at the same time offer distributed and even layered enforcement. The network policy and control solution should provide appropriate levels of access control, policy creation and management, and network and service management, ensuring secure and reliable networks for all applications. The data center network infrastructure also should easily integrate into customers’ existing management frameworks and third-party tools such as IBM Tivoli and HP software and also provide best-in-class centralized management, monitoring and reporting services for network services and infrastructure. 
  7. Quality of Service (QoS) - For optimal network performance, QoS is a key requirement. QoS levels must be properly assigned and managed to ensure satisfactory performance for various applications through the data center and across the entire LAN. A minimum of six levels of QoS are recommended, each of the following determines a priority for application of resources:  Gold Application Priority, Silver Application Priority,  Bronze Application Priority, Voice, Video, Control Plane. In MPLS networks, network traffic engineering capabilities are typically deployed to allow configuration of Label Switched Paths (LSP) with the Resource Reservation Protocol (RSV P), LDP, or BGP. This is especially critical with voice and video deployments as QoS can mitigate latency and jitter issues by sending traffic along preferred paths, or by enabling fast reroute in anticipation of performance problems or failures. The LAN design should allow the flexibility to assign multiple QoS levels based upon end-to-end assessment and allow rapid and efficient management to ensure end-to-end QoS throughout the enterprise.
  8. High Performance - To effectively address performance requirements related to virtualization, server centralization and data center consolidation, the data center network must offer high-capacity throughput and processing power with minimal latency. The data center LAN also must boost the performance of all application traffic, be it local or remote. The data center must offer a LAN-like user experience for all enterprise users regardless of their physical location. In order to accomplish this, the data center network must enable optimization for applications, servers, storage and network performance. WAN optimization techniques including data compression, TCP and application protocol acceleration, bandwidth allocation, and traffic prioritization are used to improve performance of WAN traffic. These techniques can also be applied to data replication, backup and restoration between data centers and remote sites, including disaster recovery sites. Beyond WAN optimization, critical infrastructure components such as routers, switches, firewalls, remote access platforms and other security devices must be built on non-blocking modular architecture. This ensures that they have the performance characteristics necessary to handle the higher volumes of mixed traffic types associated with centralization and consolidation, as well as the needs of users operating around the globe.






Friday, 5 April 2013

EX9200 for Data Center and Campus Cores




Firstable, there's a big question about Juniper's New Core Switch EX9200, does EX9200 signal end of QFabric ??, an article from SearchNetworking said "Juniper launches MX-based EX9200 for data center and campus cores" 

Sekarang growth amount of mobile user sudah jauh meningkat dibandingkan beberapa dekade lalu, Infrastruktur, Enterprise application semakin kompleks, dan membutuhkan jalur data yang reliabe, koneksi yang cepat dan redundant.

Customer Juniper yang berharap bandwidth yang lebih tinggi dan next gen-nya EX8200 series sebelumnya sudah menunggu lama, Cisco sudah punya N7K yang merupakan solusi Datacenter, Campus Core, dan OTV (Overlay Transport Virtualization) sekaligus, katanya sih OTV itu gunannya untuk men- simplified Ethernet VPN, detailnya gk tau seperti apa. Nah, mungkin Juniper sudah punya dedicated appliance untuk solusi datacenter yaitu QFabric, Campus core EX8200 series, dua duanya bisa Virtual Chassis (sama seperti OTV). Juniper masih melanjutkan produksi EX8200, tapi tidak lagi invest untuk develop Hardware Platform-nya. 
Juniper menempatkan EX9200 sebagai solusi untuk Datacenter dan Campus Core Switch in one modular Switch. EX92 sama MX chassis identik, hampir sama, tapi tidak bisa digonta ganti line card-nya. Semua Routing Engine, Line Card, dan Supervisor pada EX9200 merupakan Hardware baru dan tidak cocok untuk MX Chassis. hanya pheriperal-nya saja yang bisa digonta ganti such as Power supply sama Fan, kabel power juga sama. 
Oke komponen/linecard untuk EX9200 brand new semua tapi dari segi hardware spek similiar comparable dengan MX, port densitynya si MX sama seperti EX9200 ; fabric capacity juga sama 240Gbps per slot.

Juniper EX9200 punya 3 model - 4 slot, 8 slot, sama 14 slot. 40GbE port sudah tersedia, 100GbE akan tersedia pada Q4 tahun ini. Seperti EX8200, EX9200 juga support virtual chassis, meskipun fitur parity-nya take some time.

"There were just some limitations with the platform that didn't allow us to scale to very high densities,We also wanted to introduce this whole new programmability aspect as we rolled out our next-generation data center and campus core. That's why we made the decision to build the EX9200 around the MX. It gave us high-speed interfaces and programmability.

Agak rancu memang mengenai strategi market Juniper untuk memasarkan EX9200, secara tidak langsung pasti tabrakan dengan QFX series sebagai datacenter solution sebelumnya. meskipun EX9200 dipasarkan sebagai datacenter dan campus core platform, Juniper tetap mendevelop QFX sebagai solusi arsitektur datacenter alternatif untuk single tier.

Feature

 

EX9200 Chassis Option


EX9200 Line Cards


EX9200 collapses layers in campus, data center, and combined campus and data center environments.




Monday, 25 March 2013

Argo Fuck Your Self - Political Film by Ben Affleck





Ketika pada 24 Februari lalu 'Argo' diumumkan sebagai Film Terbaik Oscar 2013, banyak orang bereaksi dengan cepat. Beberapa yang menjagokan film-film unggulan seperti 'Amour', 'Zero Dark Thirty', 'Life of Pi' atau 'Lincoln' menganggap kemenangan 'Argo' hanyalah keberuntungan saja.

Kemungkinan besar hanya karena nama Ben Affleck yang harusnya memenangkan sutradara terbaik (Affleck menang di DGA dan BAFTA) absen secara misterius dalam kategori tersebut, dan Oscar ingin membalasnya.




Tapi, bagaimanapun layak memenangkan Oscar atau tidak, 'Argo' merupakan sebuah thriller politik yang menegangkan, menghibur dan menunjukkan bahwa Anda bisa saja membenci Ben Affleck sebagai aktor tapi Anda akan menyukainya ketika dia berada di belakang layar.

Iran 1979. Lebih dari 50 staf Kedutaan Amerika di Teheran ditahan oleh militan Iran. Enam orang dari mereka berhasil melarikan diri dan bersembunyi di rumah duta besar Kanada, Ken Taylor (Victor Garber). Keadaan lebih genting daripada yang bisa dibayangkan. Orang-orang mengamuk, kisruh dan tentara-tentara Irak berkeliaran di bandara menangkapi siapa saja yang mereka curigai sebagai warga Amerika. Kadang senjata api ikut terlibat.





Di ujung dunia lain, CIA berpikir keras untuk mengembalikan enam orang tadi ke tanah Amerika hidup-hidup. Agen Tony Mendez (Ben Affleck) mempunyai ide superngawur untuk menyelamatkan mereka. Mendez berencana membuat film sci:fi palsu dan pergi ke Iran. Ide itu awalnya ditolak mentah-mentah oleh sang bos, Jack O’Donnel (Bryan Cranston). Tapi toh akhirnya rencana itu berjalan juga.

Bersama-sama mereka segera merekrut make-up artist ternama, John Chambers (John Goodman) dan produser kelas kakap, Lester Siegel (Alan Arkin) untuk membuat rumah produksi gadungan. Dan proyek pengerjaan film palsu demi menyelamatkan nyawa manusia itu pun dimulai.

Lupakan dulu kenyataan bahwa 'Argo' adalah film terbaik Oscar tahun ini. Mari kita fokuskan bahwa 'Argo' adalah salah satu film thriller yang bagus. Ini semua berkat, tak lain dan tak bukan, tangan dingin Affleck yang sudah semakin ahli dalam penyutradaraan. Setelah 'Gone Baby Gone' dan 'The Town', Affleck berhasil mengatur emosi penonton sesuka hatinya.

Satu jam pertama kita diajak bersenang-senang dengan persiapan pembuatan film palsu itu. Kelakuan John Goodman dan Alan Arkin yang kharsimatik menjadi highlight besar pada paruh pertama film ini. Keduanya menampilkan permainan yang berkesan.



Barulah pada paruh kedua Ben Affleck tidak membuang sedikit pun waktu yang ada. Anda akan mencengkeram kursi dan menahan napas atas ketegangan tak kunjung usai sampai end credits bergulir. William Goldenberg sebagai editor, Alexandre Desplat sebagai komposer dan Rodrigo Pieto sebagai sinematografer bersatu padu memberikan satu jam paling menyesakkan, kalau tidak mau dibilang paling berkesan.

'Argo' memang merupakan mesin patriotisme Amerika yang klasik. Lengkap dengan adegan bendera Amerika berkibar secara slow-motion dan lain sebagainya. Dan, terlepas dari kontroversi Oscar kemarin, film ini merupakan tontonan yang menghibur dan jelas menegangkan. Menikmatinya di layar lebar di tengah kegelapan adalah satu-satunya cara untuk menontonnya.



Thursday, 14 March 2013

Real Man Won't Look Back in Anger, and Stop Crying His Heart Out




" Slip inside the eye of your mind
Don't you know you might find a better place to play
You said that you'd never been
But all the things that you've seen will slowly fade away

So I start a revolution from my bed
'Coz you said the brains I had went to my head
Step outside the summertime's in bloom
Stand up beside the fireplace, take that look from off your face
You ain't ever gonna burn my heart out

So Sally can wait
She knows it's too late as we're walking on by
Her soul slides away
"But don't look back in anger", I heard you say

Take me to the place where you go
Where nobody knows if it's night or day
Please don't put your life in the hands
Of a Rock 'n' Roll band who'll throw it all away

Gonna start the revolution from my bed
'Coz you said the brains I had went to my head
Step outside 'coz summertime's in bloom
Stand up beside the fireplace, take that look from off your face
You ain't ever gonna burn my heart out

So Sally can wait
She knows it's too late as we're walking on by
Her soul slides away
"But don't look back in anger", I heard you say

So Sally can wait
She knows it's too late as we're walking on by
Her soul slides away
"But don't look back in anger", I heard you say

So Sally can wait
She knows it's too late as she's walking on by
My soul slides away
"But don't look back in anger, don't look back in anger"
I heard you say, at least not today "



Well , First group band in my Blog . . . their awesome albums make my life has soundtracks :) if there is Gods of music, Liam & Noel must be one of them. 




Oasis bermula sebagai evolusi dari band The Rain yang beranggotakan Paul McGuigan (bass), Paul Arthurs (gitar), Tony McCarroll (drum), dan Chris Hutton (vokal). Mengalami ketidakcocokan dengan Hutton, Arthurs mengajak kenalan Liam Gallagher sebagai pengganti. Liam kemudian menyarankan mengubah nama band mereka menjadi Oasis. Nama ini terispirasi dari sebuah poster Inspiral Carpets yang ada di dinding kamar Gallagher bersaudara. Salah satu venue yang tertera di poster tersebut adalah Oasis Leisure Centre di daerah Swindon, Wiltshire.

Oasis tampil untuk pertama kalinya pada 18 Agustus 1991 di klub Boardwalk, Manchester. Kakak Liam, Noel Gallagher, yang saat itu menjadi roadie Inspiral Carpets, pergi menyaksikan band adiknya bermain. Meskipun Noel dan teman-temannya tidak menganggap Oasis bermain cukup spektakuler malam itu, dia mulai mempertimbangkan kemungkinan menggunakan band adiknya sebagai jalan untuk lagu-lagu yang telah ia tulis selama beberapa tahun. Noel mendatangi Oasis meminta bergabung dengan syarat dia akan menjadi penulis tunggal dan pemimpin band, serta bahwa mereka akan merintis sukses komersial secara sungguh-sungguh. Arthur mengenang, “Dia memiliki segudang ide. Ketika dia baru masuk, kami hanyalah band yang membuat kegaduhan dengan empat macam suara. Tiba-tiba saja, banyak sekali ide baru.”Oasis bersama Noel Gallagher menggarap konsep musikal yang bersandar pada kesederhanaan, dengan Arthurs dan McGuigan dilarang untuk memainkan not dan chord dasar, McCarroll memainkan ritmik dasar, dan pengeras suara mereka dirancang untuk menghasilkan distorsi. Oasis menciptakan sebuah suara “samasekali tanpa kecekatan dan kerumitan, yang justru menghasilkan suara yang "unstopable".”



Mengikuti rilis terbatas demo lagu mereka "Columbia", singel resmi pertama Oasis, "Supersonic", dirilis pada bulan April 1994, mencapai posisi 31 di chart musik Inggris. Setelah itu, Oasis merilis lagu "Shakermaker". Lagu ini kemudian menjadi subyek gugatan plagiarisme, dengan Oasis membayar $500.000. Singel ketiga mereka, "Live Forever", menjadi yang pertama memasuki top-10 chart musik Inggris. Setelah sesi rekaman dan mixing yang sempat bermasalah, album perdana Oasis, Definitely Maybe, dirilis pada September 1994, memasuki cahrt pada posisi pertama, dan pada saat itu menjadi album perdana dengan angka penjualan tercepat di Inggris.






Menjadi bagian terbaik sepanjang tahun dengan rekaman dan penampilan live secara konstan, ditambah dengan gaya hidup hedonistik, mulai memberikan dampak terhadap band. Kebiasaan tersebut memuncak saat sebuah penampilan di Los Angeles pada bulan September 1994 dimana Liam dibawah pengaruh metamfetamin, menyebabkan sebuah penampilan yang tidak layak dimana dia membuat pernyataan menghina terhadap penonton Amerika dan kemudian melukai Noel dengan tamburin. Insiden tersebut membuat Noel marah hingga membuatnya meninggalkan band segera setelah tampil dan terbang ke San Francisco (dari kejadian inilah lagu "Talk Tonight" ditulis). Noel dilacak oleh Tim Abbot dari Creation Records dan mereka berkunjung ke Las Vegas. Disana, Gallagher dibujuk untuk melanjutkan Oasis. Noel kemudian berdamai dengan Liam dan melanjutkan tour di Minneapolis. Oasis melanjutkan singel keempat album Definitely Maybe, "Cigarettes & Alcohol", dengan singel Natal "Whatever", yang memasuki chart Inggris pada posisi tiga.



Pada masa ini, pers Inggris mengejar berita seputar persaingan antara dua band Britpop, Oasis dan Blur. Awalnya, Oasis tidak mengasosiasikan diri mereka dengan pergerakan Britpop dan tidak diundang pada acara BBC "Britpop Now" yang diperkenalkan oleh penyanyi Blur, Damon Albarn. Pada 14 Agustus 1995, Blur dan Oasis merilis singel baru pada hari yang sama, menyebabkan "The Battle of Britpop" yang mendominasi berita nasional. "Country House" karya Blur terjual lebih baik dari "Roll with It" karya Oasis dengan perbandingan 274.000 copy dan 216.000 copy dalam minggu pertama. Manajemen Oasis merilis beberapa alasan terkait "kekalahan" mereka, mengklaim "Country House" terjual lebih banyak karena lebih murah (£1,99 vs £3,99) dan karena terdapat dua versi berbeda dari "Country House" dengan lagu bonus berbeda yang mendorong penggemar setia membeli dua copy. Penejelasan lain yang diungkapkan Creation Reocords adalah behawa adanya masalah terkait barcode pada kemasan "Roll with It", yang tidak mencatat keseluruhan penjualan aktual. Noel Gallagher menyatakan dalam The Observer bahwa dia berharap Damon Albarn dan Alex James “terkena AIDS dan mati”, yang menyebabkan media menjadi riuh. Noel kemudian meminta maaf dalam surat tertulis kepada berbagai media.

Masa-masa berikutnya menjadi sedikit sulit bagi Oasis. Oasis diundang untuk sebuah episode dalam MTV Unplugged di Royal Festival Hall tetapi Liam tidak tampil dengan alasan sakit tenggorokan. Dia menonton penampilan rekannya dari balkon dengan rokok dan bir dingin, menggoda Noel yang bernyanyi. Empat hari kemudian Oasis pergi untuk tour Amerika tetapi Liam menolak untuk pergi. Oasis memutuskan melanjutkan tour dengan Noel pada vokal hingga Liam bergabung kembali kedalam tour pada 30 Agustus. Pada 4 September 1996, Oasis menampilkan "Champagne Supernova" dalam MTV Video Music Awards 1996 di Radio City Music Hall, New York City. Liam menganggu Noel saat golo gitarnya, lalu menyemburkan bir ke sebagian arena panggung sebelum keluar dengan kasar. Seminggu kemudian Noel terbang pulang tanpa rekan-rekannya, yang kemudian menyusul dalam penerbangan lain. Hal ini membuat media berspekulasi bahwa Oasis mengalami keretakan hebat. Gallagher segera berdamai dan memutuskan menyelesaikan tour mereka.


Noel 






Oasis menghabiskan akhir 1996 dan awal 1997 di Abbey Road Studios, London dan Ridge Farm Studios, Surrey untuk merekam album ketiga mereka, dengan perselisihan antara Gallagher bersaudara mewarnai sesi rekaman. Be Here Now dirilis pada bulan Agustus 1997. Didahului oleh singel nomor-satu "D'You Know What I Mean?", album tersebut menjadi album paling dinanti dan menjadi subyek pemberitaan media. Pada hari pertama rilis, Be Here Now terjual lebih dari 350.000 copy dan pada akhir minggu mencapai penjualan 696.000 copy, membuatnya menjadi album berpenjualan-tercepat dalam sejarah Inggris. Album tersebut memasuki chart Amerika Serikat Billboard 200 pada posisi 2, dengan penjualan 152.000 copy — dibawah ekspektasi 400.000 copy — yang dianggap mengecewakan. Walaupun penialaian awal media positif, begitu hype album telah hilang, Be Here Now dikritik karena dinilai "kembung" dan "dibuat-buat" dengan kebanyakan kritik fokis kepada durasi bebrapa lagu yang terlalu panjang, suara yang lebih berat, dan overproduksi.


Liam






Pada Mei 2008, Zak Starkey meninggalkan Oasis setelah merekam Dig Out Your Soul, album ketujuh mereka. Dia kemudian digantikan oleh mantan drummer The Icicle Works, Chris Sharrock untuk tour. Seperti Starkey, Chris tidak diangkat menjadi anggota resmi dan Oasis tetap beranggotakan empat orang.

Pada Juni 2008, Oasis kembali menandatangani kontrak dengan Sony BMG untuk tiga album. Oasis melakukan sesi rekaman selama beberapa bulan antara Juli dan September 2007. Mereka mengambil masa dua bulan istirahat dikarenakan kelahiran putra Noel. Oasis kembali ke studio bersama produser Dave Sardy pada 5 November 2007 dan menyelesaikan proses rekaman sekitar bulan Maret 2008. Singel pertama album tersebut adalah "The Shock of the Lightning" yang ditulis oleh Noel Gallagher. Dig Out Your Soul, album ketujuh Oasis, dirilis pada 6 Oktober dan memuncaki posisi pertama di Inggris dan posisi kelima di Amerika Serikat. Oasis memulai tour yang diproyeksikan untuk 18 bulan lamanya, dengan dukungan dari Kasabian, The Enemy dan Twisted Wheel. Namun, Noel Gallagher memberikan keterangan berlawanan mengenai rencananya terkait masa depan Oasis. Dalam sebuah wawancara, dia menyatakan bahwa dia ingin para anggota Oasis “untuk pergi dan melakukan proyek [mereka] sendiri”, sembari menambahkan “…akan menarik melihat bagaimana jadinya nanti. Bagaimana empat bagian membentuk keseluruhannya.” Meski begitu, tiga minggu pasca rilis Dig Out Your Soul, Noel menyatakan bahwa dia telah menulis materi untuk album baru. Noel mengatakan bahwa materi barunya sangat berbeda dengan materi Dig Out Your Soul. Noel juga menyatakan, walaupun tidak memberikan waktu pasti, bahwa dirinya berencana merilis album solo.

Pada 7 September 2008 ketika tampil dalam Virgin Festival di Toronto, seorang penonto memsuki panggung dan melukai Noel. Noel menderitat tiga tulang rusuk patah dan disposisi sebagai akibat serangan dan membuat Oasis membatalkan beberapa pertunjukan.

Pada 25 Februari 2009, Oasis menerima NME Award sebagai Best British Band juga untuk Tales from the Middle of Nowhere milik Noel sebagai blog terbaik.

Pada 4 Juni 2009, Oasis tampil dalam malam pertama dari tiga konser di Heaton Park, Manchester dan setelah harus meninggalkan panggung dua kali karena kerusakan generator, mereka kembali untuk ketiga kalinya dna mengumumkan petunjukan sebagai konser gratis dan membuat gembira 70.000 pemegang tiket dengan 20.000 diantarany menuntut uang kembali. Dua malam berikutnya penampilan di tampat yang sama pada 6 and 7 June terbukti menjadi sukses besar, dengan penggemar tetap datang dalam jumlah ribuan menskipun isu pengeras suara pada malam pertama dan cuaca yang berubah-ubah.

Spekulasi semakin menyebar bahwa Noel Gallagher sangat ingin menempuh karir solo hingga pada 12 Juli 2009, diumumkan oleh juru bicara Oasis bahwa hal tersebut tidak benar. Pada 28 Agustus 2009, mengikuti insiden perkelahian antar Gallagher di area belakang panggung yang dilaporkan bahwa Liam sampai merusak gitar Noel, manajer Oasis menumumkan pembatalan konser di festival Rock en Seine hanya beberapa menit sebelum konser dimulai, bersama juga dengan pembatalan seluruh tour Eropa dan sebuah pernyataan bahwa Oasis “sudah tidak ada lagi.” Dua jam kemudian sbuah pernyataan dari Noel muncul di situs Oasis tertulis bahwa “dengan with sedikit kesedihan dan kelegaan hebat…aku keluar dari Oasis malam ini. Orang boleh menulis dan berkata sesuka mereka, tapi aku benar-benar tidak bisa bekerja dengan Liam sehari lebih lama.” Pada 5 September 2009, dilaporkan bahwa Liam Gallagher berencana untuk melanjutkan Oasis meskipun tanpa kehadiran Noel.

Pada 16 Februari 2010, Oasis memenangkan sebuah penghargaan untuk kategori "Best Brit Album of the Last 30 Years" pada BRIT Awards 2012. Liam Gallagher mengambil penghargaan tersebut sendirian. Dalam bicaranya, Liam berterimakasih kepada Bonehead, McGuigan, dan Alan White, tetapi tidak kepada kakaknya, Noel. Liam kemudian melemparkan mikrofon dan penghargaannya ke penonton. Pada 15 Maret, Liam mempertahankan aksinya pada upacara penghargaan tersebut dengan mengatakan, “Aku lelah semua ini hanya tentang aku dan Noel, beberapa bulan terakhir kurang lebih hanya tentang aku dan dia jadi ku pikir adalah hal yang benar untuk menyebutkan pria lain yang bermain untuk album dan para penggemar terbaik di dunia.” Mengenai pelemparan pialanya, Liam menambahkan, “Ku pikir itu adalah sikap yang bagus untuk memberikan penghargaan tersebut kepada para penggemar, nyatanya itu disalahartikan seperti biasa.”

Time Flies... 1994–2009, sebuah album kompilasi berisikan seluruh singel Oasis, dirilis pada 13 Juni 2010. Keputusan untuk membuat kompilasi singel, termasuk urutan lagunya, diputuskan oleh Noel Gallagher, yang juga merilis sejumlah video ke YouTube terkait album koleksi tersebut.


"It was Noel who started that rumour, I’ve never said a fucking dicky bird. Fuck Oasis as far as I’m concerned and fuck Noel Gallagher. The thought of going onstage with that fucking idiot and hanging out with his daft mates, the pretend drug addicts and all his snobs from Sloane Street. Fuck that, not interested, mate. 
We’re Beady Eye all the fucking way"
Liam, 2012